Sersan Mayor (Serma) Suryana (76th)

Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November tahun ini, PT Pupuk Kujang sebagai salah satu anggota perusahaan BUMN PT Pupuk Indonesia (Persero), mewujudkan impian beberapa veteran di Jawa Barat, salah satunya veteran yang berasal dari Purwakarta.

Ditemui dirumahnya di Kp.Sukamaju, Desa Pasawahan, Kec.Pasawahan, Kab Purwakarta., salah satu pejuang veteran dengan pangkat Sersan Mayor (Serma) Suryana (76th), menuturkan kisahnya saat masa perjuangannya dulu melawan penjajah. Meskipun usianya sudah renta, namun ingatannya masih melekat kuat di kepalanya.

Dibesarkan dikeluarga yang sederhana, pada masa mudanya Suryana pernah menuntut ilmu di Sekolah Guru Bantu (SGB) di daerah Purwakarta. Kemudian setelah lulus dari SGB, dirinya melanjutkan masa abdinya sebagai guru Sekolah Dasar (SD) selama 2 tahun. Diusianya yang masih terbilang muda yaitu 20 th, Suryana masih terus mencari jati diri yang sebenarnya. Sampai  titik dimana Suryana sangat tertarik melihat tentara, yang saat itu sering sekali melewati depan rumahnya, dengan perlengkapan tempur yang lengkap, para tentara dengan gagahnya bersemangat menjalankan tugasnya di medan perang.

 “pengaruh jiwa muda yang masih berkobar saat itu, membuat saya antusias sekali jika melihat tentara-tentara yang hilir mudik dengan gagahnya melewati depan rumah untuk bertugas diberbagai medan perang, ada yang di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua....,atas hal itu hati saya mulai tergerak, ingin sekali menjadi bagian dari mereka” ungkap Suryana.

Mengawali diri menjadi anggota tentara pada tahun 1961, Kemudian di tahun 1962, Suryana ditugaskan dalam operasi Trikora untuk mebebaskan Papua Barat dari tentara Belanda. Kurun waktu satu tahun, tahun 1963 Suryana selesai betugas dalam operasi tersebut dan kemudian kembali ke Jakarta.

Rasa bela terhadap negara Suryana semakin tinggi, dibuktikan dalam penugasan Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan pada tahun 1964. Dalam operasi Tumpas ini, Suryana mengalami cidera yang cukup berat yakni tulang kakinya hancur oleh senjata api. Namun semangat itu tidak luntur sampai disitu, selesai bertugas dalam operasi Tumpas, Suryana melanjutkan tugasnya di Kalimantan dalam operasi Dwikora, untuk mencegah terbentuknya federasi Malaysia yang dianggap sebagai boneka Inggris oleh presiden soekarno.

Selepas bertugas diberbagai medan perang, akhirnya Suryana ditugaskan kembali di kampung halamannya di Kodim 0619 Purwakarta sampai dengan  masa pensiun di tahun 1989. Melanjutkan hidup sebagai petani di Kabupaten Purwakarta bersama dengan istri dan 4 orang anaknya.

Pengalaman mudanya tidak mungkin bisa terulang, namun kenangan manis yang tersimpan masih tetap diingat. Hal yang paling berkesan  bagi Suryana bersama teman-teman seperjuangannya,salah satunya adalah solidaritas yang begitu erat, saling memotivasi untuk bertahan hidup sangat dirasakan oleh Suryana pada saat berjuang.

“Hanya itu semangat hidup kami saat di medan perang, dukungan dan motivasi antar teman seperjuangan sangatlah berarti untuk kami bertahan. Atas hal itu, saya berharap teman-teman sebagai penerus bangsa, bisa saling menghargai untuk menjaga kemerdekaan Republik Indonesia,” kata Suryana sambil terbata-bata.

Serma (Purnawirawan) di depan rumahnya yang tengah di renovasi

Dirinya juga bangga & mengapresiasi pemerintah melalui PT Pupuk kujang, yang telah membantu memperbaiki tempat tinggalnya,  dimana rumahnya yang saat ini ditempati merupakan peninggalan orangtuanya dari zaman Suryana masih kecil,

“Alhamdulillah...Ya Allah....sejak kecil saya tinggal disini, rasanya ingin sekali membangun rumah ini menjadi lebih layak, namun rezekinya belum mencukupi. Hanya dengan tangan Allah, melalui Pupuk Kujang, impian saya puluhan tahun ini terwujud untuk bisa tinggal lebih nyaman....” isak suryana.